Sayang, Nikah Yuk?

Bismillahirrahmanirrahim..

Seorang wanita berbicara dengan kekasihnya,” Sayang, nikah yuk?”

Kekasihnya menjawab,”Nanti dulu ya neng, ntar abang nggak bisa membahagiakan kamu.”
Dalam hati kekasihnya berkata, kalau aku menikah pasti aku nggak akan bebas lagi.Sang wanita pun hanya bisa pasrah.

Di lain tempat ada seorang muslimah sedang ber-FB an ria dengan seseorang yang dia sebut ikhwan.
Muslimah itu pun mengirimkan pesan,”Kapan antum ke rumah ana, akh? kita tidak akan seperti ini terus kan akh?”

Ikhwan itu pun membalas,”Sabar yaa ukhti, ana pasti akan datang ke rumah anti, hanya ana ingin agar anti mau menanti ana sampai selesai kuliah lalu bekerja. Bila ini memang cinta, sungguh anti pasti sanggup menanti ana.”

Si ikhwan dalam hati berkata, kalau aku lulus kuliah itu 4 tahun lagi, terus nanti cari kerja kira-kira 2 tahun. Bisa nggak ya?

Muslimah itu pun meski ragu tapi tetap menerima dengan dalih karena cinta.

***
Berapa banyak laki-laki atau wanita yang beralasan seperti di atas, berapa banyak muslim atau muslimah yang tidak jelas alasannya. Diajak menikah alasannya banyak dan berubah-ubah, dari yang belum cocok jadi meng-halalkan pacaran dengan dalih ingin mencari yang cocok. Atau menanti tanpa batas waktu dengan dalih ta’aruf, padahal tak ada bedanya dengan mereka yang pacaran.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kalau memang belum sanggup untuk mengikat seseorang dalam sebuah hubungan halal yakni Pernikahan, tak perlulah kamu rela dikerubuti syetan yang akan membawamu pada perzinaan.

Hilangkan pikiran untuk pacaran yang akhirnya hanya akan membuatmu terpuruk pada kesemuan cinta. Awalnya memang meyakinkan akhirnya menyesakkan, hanya karena alasan ketidak cocokan atau karena dia bukan orang yang tepat buat mendampingimu. Sampai kapan hal itu akan menjadi alasan untuk meng-halalkan pacaran?

Pupuskan dahulu untuk berta’aruf, agar tidak adanya seseorang yang menantimu sepanjang waktu sedangkan kamu tidak tahu sampai kapan bisa mewujudkannya. Jangan membuat dalih-dalih untuk membuatnya menunggu atas nama cinta, padahal kamu tidak siap untuk melamarnya. Semua ini hanya akan menambah kegalauan dan kekecewaan bahkan menghancurkan hidup orang lain.

Apabila memang kamu sudah siap, segera halalkan lah hubunganmu, namun bila kamu belum siap untuk menikah, maka jagalah hatimu dahulu. Jangan kamu umbar janjimu padahal kamu tahu kamu belum mampu menepatinya.

Pikirkanlah lagi bila kamu ingin menerima ta’arufan dari laki-laki, padahal kamu tahu bila kamu harus menanti ketidakpastian. Iya kalau memang penantianmu ada hasilnya, kalau tidak? kamu hanya akan membuang waktu. Apabila dia ingin serius denganmu, dia tidak akan membiarkanmu dalam ketidakpastian.

***
Di suatu rumah, seorang wanita sedang bercengkrama dengan seorang laki-laki. Tak lain dia adalah suaminya yang sudah di nikahinya selama 20 tahun.

Suaminya bertanya,”Kenapa kamu memilihku untuk menikahimu? padahal kita tidak lama berjumpa. Semudah itu kah kau jatuh cinta padaku?”

Wanita itu pun tersenyum manja seraya menjawab,”Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memilihmu untuk ku cintai.”

Sungguh cinta yang hakiki datangnya dari sebuah Pernikahan, bukan hanya dengan janji semata.
Wallahu a’lam bish shawwab.
SELENGKAPNYA...

Saat Maling Lebih Pintar Dibanding Pemilik Rumah

Saifuddin Bantasyam
Oleh : Saifuddin Bantasyam

Korupsi memang sudah seperti menu sehari-hari di republik ini, tiada putus, dan seperti han jra-jra (tidak ada jeranya). Seorang karib saya yang sangat gregetan, mengusulkan agar para koruptor dihukum dengan hukuman-hukuman sebagai berikut: (a) hukuman mati; (b) seluruh harta dan aset disita buat negara, dan dilacak hingga luar negeri; (c) pendidikan anaknya dicekal, tidak bisa bersekolah di universitas negeri; (d) anaknya tidak dapat berkarir di instansi pemerintah dan tidak bisa jadi pejabat; (e) tidak mendapat subsidi dari pemerintah (BBM maupun listrik dan lain-lain); (f) dicabut hak pilih dan memilih; (g) diumumkan di media massa untuk agar masuk daftar hitam (black list) di perusahaan2; (h) tidak bisa mendapatkan bantuan kredit dari bank; dan (i) apabila ada perang, langsung ditaruh di barisan paling depan.

Tentu saja, dari segi Hak Asasi Manusia, ada diantara sekian usulan di atas yang bermasalah. Namun, namanya saja “gregretan,” jadi dia mungkin sudah tidak lagi memikir soal HAM itu segala.  Seorang teman saya yang lain menambahkan; kalau sang koruptor adalah seorang muslim, maka jika meninggal maka jenazahnya jangan dishalatkan. Kalau tak salah, organisasi NU pada Mai lalu sudah setuju. Ada lagi usulan yang lebih ngeri; jika korupsi diatas Rp 1 milyar, maka koruptor itu dkenakan hukuman mati dan kemudian mayatnya dicincang-cincang buat kesejahteraan pelestarian buaya di swaka marga satwa.

Sambil berguyon, teman saya yang lain lagi, menyarankan agar di Aceh, seorang koruptor dikenakan hukuman dalam bentuk cubitan oleh seluruh warga kota. Kalau di Banda Aceh, maka koruptor itu dipajang di Taman Ratu Safiatuddin, dari jam 8.00- 18.00 dengan rehat saat makan siang dan shalat (jika sang koruptor tetap menjaga sembahyangnya). Jadi, selama sekian jam itu, seluruh warga kota datang berduyun-duyun dan “menyedekahkan” cubitan sekali seorang, dengan kekuatan tertentu, terserah mau memilih di bagian mana dari badan koruptor itu kecuali di bagian kelamin (dan buah dada, jika koruptornya perempuan). Bagaimana dengan cambuk? “Oh, jangan, nggak lagi sexy, orang-orang pada nggak peduli tentang eksekusi cambuk itu,” kata teman saya tersebut.

Demikianlah. Korupsi memang sudah sedemikian merajalela di negeri ini, baik oleh birokrasi maupun oleh dunia swasta. Kasus Hakim Syarifuddin (untung tak mirip dengan nama saya) yang diciduk oleh KPK beberapa hari lalu menjadi contoh terkini, yang mungkin bukan yang terakhir, yang sekaligus merupakan refleksi betapa berat misi bangsa memberantas korupsi. Bukan tak mungkin kasus Hakim S tersebut nantinya akan menyeret para koleganya. Hakim S adalah hakim yang setidak-tidaknya telah memutus bebas 34 terdakwa koruptor. Bukan main!

Pemerintah sesungguhnya tak tinggal diam. Telah banyak langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas korupsi melalui cara-cara yang konvensional, semisal perbaikan pada tingkat sistem, meningkatkan kapasitas SDM serta menambah fasilitas. Namun, ternyata semua itu belum cukup. Benar kata banyak orang, hukum yang baik tidak ada gunanya tanpa manusia yang baik.

KPK sang Super Body

Pembentukan KPK merupakan indikasi tak terbantahkan bahwa lembaga kepolisian dan kejaksaan tidak bisa sepenuhnya diharapkan untuk memberantas korupsi, meskipun secara normatif ke dua lembaga itu diberi wewenang untuk menyelidik dan menyidik perkara korupsi. Ketika Komisi Yudisial dibentuk, ini juga merupakan bukti bahwa hakim tidak dapat lagi dipercaya melakukan aktivitasnya tanpa pengawasan, apalagi dalam menangangi kasus-kasus korupsi. Publik sudah kerap mendengar adanya mafia-mafia peradilan bermain sedemikian rupa, melakukan jual beli perkara dengan biaya ratusan juta rupiah.

KPK dibentuk melalui UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Lembaga ini antara lain bertugas melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. KPK berwenang mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan. Dalam melaksanakan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan, KPK berwenang antara lain melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan; meminta keterangan lembaga keuangan (bank), memerintahkan pemblokiran rekening tersangka, dan meminta bantuan Interpol atau instansi penegak hukum di negeri lain untuk melakukan pencarian, penangkapan dan penyitaan barang bukti di luar negeri.

Dengan tugas dan wewenang yang sedemikian luas itu, KPK pun kemudian dijuluki sebagai super body (lembaga raksasa). KPK seperti keluar dari satu sistem yang biasa dipakai, criminal justice system, yang melibatkan kepolisian, kejaksaan dan kehakiman. KPK masuk, dan kemudian seperti yang banyak dilihat publik, membuat berbagai pihak gentar. KPK punya wewenang KPK untuk menyadap. Pokoknya KPK, di tengah-tengah tuduhan pilih kasih, tetap lembaga yang patut kepadanya kita gantungkan harapan.

Legislatif Berubah?

Salah satu problem pemberantasan korupsi di Indonesia adalah karena korupsi itu berlangsung dalam tiga locus, yaitu politik, birokrasi dan hukum. Itu sebabnya KPK tak jauh-jauh dari gedung DPR Senayan, atau masuk ke sejumlah gedung kementerian.  KPK telah bergerak ke arah yang diinginkan oleh publik, menjadikan lembaga legislatif sebagai salah satu target dalam pemberantasan korupsi di negeri ini. Sebab korupsi di legislatif sangat berbahaya, karena dilakukan dalam produk peraturan perundang-undangan yang sah sebagai kebijaka negara (corruption by policy).

Korupsi di legislatif, tulis Prof Eko, seorang akademisi UI, menyangkut (1) faktor mental-politik yang membentuk sikap mental, pola pikir, etika dan perilaku anggota dewan; (2) faktor struktural, ketidaksetaraan sistem birokrasi dan sistem politik, menempatkan posisi legislatif lebih kuat dibanding eksekutif; (3) faktor infrastruktur, tidak adanya tujuan yang jelas dari setiap pembentukan UU; dan (4) faktor kultural, dalam bentuk antara lain lemahnya pengawasan oleh masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya transaksi ekonomi politik korupsi di DPR-RI.

Sejumlah politisi di Gedung DPR-RI Senayan, sedemikian gerah atas sepak terjang KPK, sehingga selama April dan Mai 2011 ini media massa cetak dan elektronik memberitakan adanya niat dari para politisi di Senayan untuk meninjau ulang UU No. 30/2002, daripada mengatakan membubarkan KPK. Alasan mereka; KPK telah terlalu berlebih-lebihan dalam melaksanakan tugas dan wewenang. Ini konyol, sebab mereka juga dulu yang menyetujui segala tugas dan kewenangan yang dimiliki KPK sekarang.

Tahun lalu, pernah ada situasi menari di Senayan. Menyusul serangkaian gebrakan KPK, media melaporkan adanya perubahan sangat ektrim dalam perilaku para politisi di perlamen. Perubahan itu diantaranya politisi Senayan mulai sulit dihubungi melalui telepon seluler karena takut disadap, mengganti nomor telepon, mematikan telepon atau tidak membawa telepon saat bertugas di Senayan. Di samping itu, mereka menurunkan secara drastis frekuensi rapat-rapat komisi dengan mitra kerja turun drastis, tidak menghadiri rapat atau hadir tapi tidak menandatangani absen, mengalihkan tempat pertemuan (dari hotel-hotel ke coffee shop di mall). Perubahan lain, berkurangnya komunikasi sesama anggota DPR saat rapat komisi, menghindari kamera pengintai (CCTV) dan cenderung mencurigai tamu yang tidak dikenal.
Ada banyak jalan ke Roma, demikian juga dalam memberantas korupsi; tersedia banyak cara. Di Cina, para koruptor dikenakan hukuman mati, dan hasilnya, intensitas korupsi menurun tajam. Jika cara-cara penyadapan oleh KPK di Indonesia membuat gentar banyak pihak, mulai dari pejabat, penegak hukum, anggota dewan dan pihak swasta, maka mungkin penyadapan itu perlu diintensifkan. Tetapi bagaimana jika kemudian para calon koruptor atau koruptor memakai bahasa isyarat, tidak lagi bertransaksi melalui telepon? Kata teman saya, di Indonesia mah,  bukan hanya banyak jalan menuju Roma, melainkan juga menuju ke korupsi. Bagaimana jika maling lebih pintar daripada pemilik rumah?

**Bekerja di Fakultas Hukum  dan Direktur Pusat Studi Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
SELENGKAPNYA...

Mau kaya? Berhutanglah !


Mau Kaya? Berhutanglah
Mungkin anda ngga ngerti apa arti judul tulisan ini, "Loh, bukannya yang biasanya berhutang adalah oang miskin?"

Iya, benar,... orang miskin pada umumnya memiliki banyak hutang. Jelassss, karena untuk memenuhi biaya hidupnya sendiri aja susah, jadi dia harus ngutang sana sini.

Tapi, bukan berarti yang berhutang hanyalah orang miskin. Orang yang super kaya pun memiliki banyak hutang. Dan, jangan heran kalau hutangnya orang kaya biasanya buanyaaaaaakkkk bangettttttt.

Kalau orang miskin yang memiliki pendapatan (misal) Rp.200 ribu/bulan, memiliki hutang Rp.2juta, berarti ratio pendapatan berbanding hutangnya adalah 1:10.

Nah, tau ngga kalau orang kaya berhutang, rationya bisa 1:30, malah bisa lebih! Jadi, jangan kira mereka yang punya property ratusan hektar, hotel bintang lima, mall, dsb itu ngga punya hutang. Mereka pada umumnya mungkin hanya punya uang 20-30%, sisanya hutang.

Dan, mereka itu orang-orang kaya di Indonesia, yang kalau ketika dinilai assetnya, triliunan. Masih ingat bahwa rumus Kekayaan = Modal + Hutang? Jadi kalau kalau triliunan kekayaannya, berarti itu udah termasuk uang yang dimiliki ditambah hutangnya!

Apa yang ingin saya sampaikan di sini? Prinsip Robert Kiyosaki yang pada prinsipnya bilang: Kalau mau kaya, berhutanglah. Koq bisa? OK, gini ilustrasinya...

Kalau anda punya Rp.100juta, dan mau buka restoran. Anggaplah restoran dengan modal kelipatan Rp.100juta akan menghasilkan untung bersih Rp.20juta/bulan. Berarti dalam 1 tahun, anda akan mendapatkan keuntungan bersih Rp.240juta.

Nah sekarang, bandingkan kalau...

anda punya Rp.100juta, dan berhutang ke Bank Rp.400juta. Berarti restoran anda akan bisa menghasilkan keuntungan bersih Rp.100juta/bulan. Berarti dalam 1 tahun, anda mendapatkan keuntungan Rp. 1.2M. Setelah bayar hutang ke Bank pun, anda masih memiliki Rp.800juta dikurangi bunga Rp. 60juta (15% per annum) = Rp. 740juta

Jadi di akhir tahun pertama, anda akan memiliki Rp.740juta kalau diawal berhutang Rp.400juta, dan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan Rp.240juta uang yang anda miliki apabila anda memilih tidak berhutang sama sekali.

Tulisan saya ini hanya ilustrasi mudahnya. Karena memang tidak ada rumusan yang pasti dalam berbisnis, banyak faktor X-nya. Bukan berarti kalau modal dikalikan 5, profit juga pasti akan menjadi 5 kali lipat. Tujuan tulisan ini, hanya untuk membuka pemikiran anda sekalian... karena inilah memang kenyataan yang ada.

Para orang kaya itu, memang memainkan game ini di kehidupan nyatanya sehari-hari. Dan, mau tau apa 1 rahasia lagi? Semakin besar hutangnya, semakin 'lunak' si Bank dalam menagih hutangnya. Jadi jangan heran kalau ada orang kaya yang 'bangkrut', dia akan tetap diberikan kelunakan dalam memenuhi kewajibannya. Jelas, Bank kan juga mau uangnya balik, jadi mereka akan berbaik hati melunakkan jadwal pengembalian hutang, juga bunganya.

Mau kaya? Berhutanglah... (DENGAN CERMAT)!
SELENGKAPNYA...

Hasballah M Saad In Memories

HARI masih pagi ketika saya ditelepon seorang teman. "Bang, abang di undang ketemu Pak Hasballah." Karena yang mengundang seorang yang saya kenal dan memiliki kepedulian terhadap Aceh saya merasa tidak harus bertanya lagi soal keperluan dan dalam konteks apa saya di undang. Saya langsung mengiyakan dan segera meluncur ke lokasi yang dimaksud. Dengan motor saya menelusuri jalan-jalan di Jakarta dan tidak butuh waktu terlalu lama saya pun tiba.

Di motor saya sempat berdialog kira-kira apa yang akan dibicarakan yang saya yakin pasti seputar masalah Aceh khususnya terkait tsunami khususnya lagi soal rehabilitasi dan rekontruksi Aceh. Sebelumnya saya juga kerap berjumpa dengan beliau dalam kaitannya dengan konflik Aceh khususnya dalam kapasitas beliau sebagai salah seorang anggota board di TIFA, sebuah lembaga yang memiliki perhatian dan memberi dukungan terhadap program-program perdamaian di Aceh.

"Silahkan, sudah ditunggu." Di ruangan saya melihat beberapa orang Aceh yang saya kenal dari wajah dan bahasa percakapan mereka. Saya langsung mengambil tempat duduk untuk mengikuti rapat bersama.

"Risman, kamu cocok untuk menjadi koordinator Aceh Wacth." Ini kalimat yang paling jelas saya dengar. Selebihnya saya justru melalangbuana pada pikiran sendiri sehingga tidak fokus lagi pada apa yang disampaikan. Pertanyaan pertama yang muncul dibenak saya adalah apakah saya bisa dan mampu dan jika saya menyatakan kesediaan apa bayangan kerja yang akan saya lakukan terkait agenda pengawasan rehabilitasi dan rekontruksi Aceh. "Rasanya, saya tidak mungkin sanggup menerima amanah ini," bisik hati saya.

Sebelum menyampaikan keberatan saya kembali mencoba meraba kira-kira apa pandangan seorang Hasballah M Saad terkait agenda pembangunan Aceh kembali. Dari sejumlah pertemuan informal dengan beliau dan dari apa yang pernah disampaikan saya menduga bahwa beliau menginginkan agar agenda pembangunan Aceh paska tsunami tidak melulu diletakkan pada pembangunan fisik saja. Menurutnya, orang Aceh tidak bisa hidup tenang manakala pembangunan budaya diabaikan. Menurut mantan Menteri HAM itu Aceh butuh pandangan baru dalam pembangunannya yakni pada pembangunan karakter. Karena itu sangat penting memberi kesempatan kepada rakyat Aceh untuk mencapai kehidupan yang lebih beradab, respek terhadap sesama manusia, dan berpegang pada akar tradisi dan nilai-nilai kebudayaan menuju kehidupan modern.

"Ini tugas berat." Begitu bisik hati saya dan atas dasar itu saya tidak menerima amanah itu.

***

Saya tidak tahu siapa yang salah.Tapi, satu tahun kemudian saya justru berkerja di Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi (BRR) di bidang yang dulu saya anggap berat, yakni bidang kerja budaya. Akhirnya, saya yang dulu diminta untuk mengkoordinir kerja-kerja pengawasan terhadap kerja rehabilitasi dan rekontruksi Aceh agar berjalan di atas perspektif kebudayaan justru menjadi sasaran kritik beliau melalui The Aceh Cultural Institute atau Institut Kebudayaan Aceh yang didirikan akibat prihatin atas desain pembangunan yang berorientasi pada pembangunan fisik. Menurut Hasballah inilah kealfaan BRR yang perlu diingatkan, diluruskan dan ikut dibantu dengan melibatkan berbagai komponen. Dari ACI lah ia kemudian melakukan ragam kegiatan kebudayaan, yang salah satunya adalah menerbitkan buku cerita rakyat yang oleh tsunami sudah banyak hilang, termasuk hilangnya orang-orang yang mampu mampu bercerita melalui hikayat.

Pagi kemarin, ketika saya membuka hp sejumlah informasi tentang kepulangan sosok yang dulu dipanggil Pak Ballah terbaca. Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Kini, sosok yang peduli pada budaya itu sudah meninggal dunia, Selasa (23/8). Almarhum meninggal karena serangan jantung di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat, sekitar pukul 01.00 WIB di usia genap 63 tahun dan kabarnya akan disemayamkan di kampung halamannya di Gampong Lameu, Kota Bakti, Pidie, Aceh yang juga menjadi lokasi Universitas Jabal Ghafur dimana ia juga pernah menjabat sebagai rektor.

Selamat Jalan Menuju Gampong Abadi semoga Allah merahmati dengan menjadikannya sebagai salah satu penghuni surga. Amin

the atjeh post
SELENGKAPNYA...

Anak Pejabat Aceh Dituduh Menipu di Bogor

BOGOR  – Mantan karyawan salah satu bank swasta nasional menipu sejumlah warga di Bogor. Modus yang dilakukan Akbar Wiranugraha, warga Takengon Aceh Tengah ini yakni, dengan mengiming-iming pinjaman tanpa angunan ke Bank Mandiri, tempat dirinya pernah bekerja.

Menurut Adi Fitra, salah satu korban yang melapor ke polisi, semula dirinya hendak mengajukan kredit modal usaha studio music, namun oleh pelaku, ditawarkan pinjaman tanpa anggunan. Menurut korban, dirinya percaya, karena pelaku adalah anak eorang pejabat di Aceh. Paman pelaku juga seorang bupati serta adiknya calon Walikota Aceh Tengah sekarang.

Ditambahkan, perkenalan mereka berawal dari 13 tahun lalu, dimana Tatik, tantenya pernah menetap dirumah tersangka ketika menjalankan usaha di Takengon Aceh. “Nah ketika pada April 2010, keluarganya menitip pelaku ke kami, dengan senang hati kami menerimanya. Kami ingin balas budi. Kami juga tahu, kalau dia kerjanya di bank. Makanya begitu dia nawarin pinjaman lunak tanpa anggunan, saya langsung ok,” kata Adi Selasa (12/7) siang.

Adi telah tiga kali mentransfer uang dengan alasan untuk uang pelican dan jasa lainnya.“Saya sudah transfer Rp 40 juta. Anehnya saya masih percaya dan menggadaikan mobil Honda Jazz ke teman seharga Rp 28 juta, ketika pelaku datang dan bilang tolong lunasi uang muka provisi manajer Bank Mandiri, kalau ingin uang pinjaman cepat cair,” katanya sambil menambahkan, saat itu dirinya mengajukan pinjaman Rp 450 juta.

Bahkan saat hendak meninggalkan rumah, kepada korban, Akbar Wiranugraha, dirinya akan mengikuti karantina di kantor pusat Bank Mandiri guna mengikuti training di Singapore. Bersama keluarga, korban lalu mengecek ke Bank Mandiri Pusat di Jakarta. Ternyata dari sini didapat informasi, jika yang bersangkutan telah dikeluarkan dari kantor sejak Mei 2010. Korban mengaku, hanya pasrah hilangnya uang Rp 40 juta bersama mobilnya yang tidak bisa lagi ditebus karena waktu pembayaran telah lewat.

Hasil pelacakan petugas, ternyata pelaku sudah melakukan aktifitas ini dibeberapa wilayah mulai dari Aceh, Sumatera hingga pulau Jawa dan terakhir di Bogor.

Kapolres Bogor Kota, AKBP Hilman mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan korban dan kini tengah dibuat berita acara pemeriksaan (BAP). TKP penipuan termasuk bukti 3 kali transfer via bank, kini sudah diamankan petugas, termasuk beberapa dokumen pelaku yang dinilai ganjil.
“Sedang kami kejar pelaku. Identitas sudah kami ketahui. Alamat orangtuanya di Aceh juga sangat jelas. Mudah-mudahan cepat tertangkap dan dia menjalani proses hukum atas perbuatannya,” tandas AKBP Hilman.
 
 www.poskota.co.id
SELENGKAPNYA...

Tikungan Lhok Nibong Rengut Nyawa Kafilah MTQ Aceh Barat

ACEH TIMUR - Bus yang membawa kafilah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) kontingen Aceh Barat, Senin (11/7), sekitar pukul 03.00 WIB, terbalik di Lhok Nibong, Kabupaten Aceh Timur, mengakibatkan seorang qariah meninggal dunia.

Darwis, wakil dari kontingen MTQ Aceh Barat, menyebutkan, kecelakaan tunggal itu merenggut nyawa Cut Masyitah, 12 tahun, salah seorang qariah dari kafilah daerah itu.

Kejadiannya, bus milik Pemkab Aceh Barat itu terbalik di tikungan tajam, dalam perjalanan dari Aceh Tamiang ke Banda Aceh.

Bus itu berpenumpang 16 penumpang, sebagian besar adalah qari dan qariah kontingen Aceh Barat, yang mengikuti MTQ XXX tingkat Provinsi Aceh di Kabupaten Aceh Tamiang.

Selain korban tewas, menurut Darwis, seorang qariah luka berat (dalam kondisi kritis), dan belasan lainnya luka-luka ringan, seperti terkilir di bagian kaki dan tangan.

"Korban luka serius dirawat di rumah sakit umum daerah (RSUD) Idi Kabupaten Aceh Timur. Sedangkan yang luka ringan seperti terkilir untuk sementara mendapat perawatan dari bantuan warga setempat (Aceh Timur)," kata Darwis.

Ia menyatakan belum diketahui penyebab kecelakaan bus kontingen MTQ Aceh Barat, namun kasus tersebut sedang ditangani pihak kepolisian Aceh Timur.

Informasi lain dari warga Lhok Nibong, Aceh Timur atau sekitar 400 kilometer arat timur Kota Banda Aceh, menyebutkan lokasi kecelakaan bus yang ditumpangi kontingen Aceh Barat itu merupakan tikungan tajam dan rawan kecelakaan lalu lintas.

"Di sini telah banyak merenggut korban jiwa, sebab tikungannya sangat tajam dalam hampir setiap bulan ada kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan," katanya dia menyebutkan.

www.gatra.com
SELENGKAPNYA...

TNI-AU Kerahkan Lima Helikopter Pantau Aceh

TNI Angkatan Udara mengerahkan lima unit helikopter jenis EC-120 Colibri untuk memantau dan mencegah aksi kriminal di kawasan perairan dan hutan Aceh.

Komandan Pangkalan Udara TNI-AU Sultan Iskandar Muda, Kolonel Penerbang Maman Suherman, di Blangbintang, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (7/7), mengatakan seluruh helikopter itu ditugaskan memonitor wilayah darat dan udara perairan Pulo Aceh dan pantai timur Aceh.

“Tidak hanya wilayah laut, operasi yang menggunakan helikopter dengan sandi Bina Walet itu juga akan memonitor kawasan hutan dari aksi penebangan liar,” kata Maman Suherman.
Praktik penebangan liar dengan ikutan kebakaran hutan kerap terjadi di kedua wilayah Provinsi Aceh itu. Karena itulah maka pengawasan dari udara dinilai lebih efektif dan efisien ketimbang dari darat belaka.
Pengawasan di perairan itu juga karena penadah biasanya beroperasi dari laut atau muara sungai-sungai yang banyak terdapat di sana.

Menurut dia, TNI-AU juga telah berkoordinasi dengan kepolisian dan dinas kehutanan setempat terkait pengerahan lima helikopter ringan dari Squadron Udara 7 yang berpangkalan di Pangkalan Udara TNI-AU Surya Dharma, Kalijati, Subang, Jawa Barat.
“Hasil pemantauan helikopter yang menggunakan kamera akan ditindaklanjuti jika melanggar peraturan yang berlaku,” katanya.

Propinsi Aceh memiliki panjang garis pantai 1.660 km dan luas wilayah perairan laut 295.370 kilometer ppersegi dinilai rawan praktek penangkapan ikan liar yang dilakukan kapal nelayan asing.
Begitu juga dengan kawasan hutan sangat rentan terjadi kebakaran dan aksi ilegal logging.
SELENGKAPNYA...

Time To Write

Pesan seorang sahabat yang masih menjadi perenungan hari ini: "Di pikiran kita, ada hak orang lain untuk tahu." Maka beritahulah hal yang terbaik yang Anda miliki dalam sebuah TULISAN. Pesan terbaik, walau (misalnya) hanya 2,5% saja yang bermanfaat bagi orang lain, tapi setidaknya kita sudah memberikan yang terbaik dalam hidup ini.

MENULIS adalah bahasa komunikasi lisan yang disusun kembali ke dalam bahasa tulisan, dimana pesan yang disampaikan penulis dapat diterima, dipahami, diartikan sama dengan apa yang ditulis, dipikirkan, dan disampaikan oleh penulis.

Bahasa lisan dengan sangat mudah dipahami oleh penerima pesan. Apalagi bahasa lisan yang langsung diterima oleh penerima pesan, di mana kata-kata yang diucapkan dan ekspresi mimik muka, bahasa tubuh, ekspresi seseorang dengan jelas dapat terlihat, diamati, dan diartikan
sama sesuai dengan apa yang diucapkan pengirim pesan.

Berbeda dengan bahas lisan, bahasa tulisan menggunakan tanda baca untuk mengekspresikan mimik muka dan bahasa tubuh pengirim pesan. Satu contoh pungtuasi ini, kita dapati pada tanda "!" untuk mengungukapkan seruan, perintah, atau emosi. Misalnya, "KELUAR! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi barang sedetik pun." Tanda baca lainnya seperti tanda tanya (?), garis miring, huruf tebal, huruf kapital, tanda kutip, garis bawah, dan lainnya, mewakili sejuta ekspresi.

Yang perlu diperhatikan di sini adalah ketika kita ingin menuangkan bahasa lisan ke dalam goresan tinta, sehingga ide yang disampaikan bisa diterima sama dengan apa yang dipikirkan penulis; yang terpenting adalah: TIME.

TIME merupakan akronim dari :

1) Tulis saja, nanti di tengah jalan bisa diperbaiki. Tidak seperti komunikasi LISAN, bahasa tulisan, merupakan bahasa yang TIDAK LANGSUNG disampaikan oleh pengirim pesan ke penerima pesan. Maka rangkaian kata, pilihan kata, dan penyusunan kalimat yang dibuat oleh pengirim pesan ditulis sesuai dengan APA YANG DIPIKIRKAN, lalu baru di akhir penulisan dapat diperbaiki, ditambah, "dibumbui," dan dibaca kembali apakah tulisan tersebut sudah dapat menyampaikan GAGASAN POKOK apa yang ingin diungkapkan.

2) Jika kita menggunakan bahasa lisan, pembicaraan dapat keluar dari mulut, terkadang tidak dipikirkan tata bahasanya -- words come out from our mouth automatically without thinking. Biarpun begitu, saat akan menulis, tulis saja. Inspirasi akan datang bersaamaan saat kita menulis atau merancang tulisan.

3) Mulai dari apa yang dipikirkan. Langsung tuangkan apa yang ada di benak pikiran kita, ke dalam kata-kata. Gunakan "kata" yang memang milik kita, ada di dalam pikiran kita. Buatlah kalimat dari kata-kata itu, tulis saja apa yang dipikirkan. Biarkan tulisan itu mengalir seperti bahasa lisan, seperti "ngobrol" apa adanya.

4) Energi. Menulis perlu tenaga, pikiran, dan waktu. Luangkan waktu, barang sebentar saja. Bisa di pagi hari, di sela-sela waktu istirahat, atau menjelang malam hari, di saat diri ingin beristirahat di malam hari.

Mereka yang berlabel profesional, hanya perlu waktu 1 sampai 2 jam untuk mem-blocking TIME, menggunakannya untuk menuangkan ide ke dalam tulisan. Setelah itu, jadilah sebuah artikel berdasarkan inspirasi, pengalaman, dan referensi dari buku yang pernah dibaca.

***

Time to WRITE - Ayo MENULIS!

TULIS apa yang dipikirkan. Jangan khawatir kehabisan inspirasi, karena inspirasi akan datang di sela-sela kegiatan menulis. Mulai dari apa yang ada di pikiran Anda dan curahkan energi untuk itu.

Anda perlu meluangkan usaha dan waktu sejenak, untuk meninggalkan "KARYA" yang bisa dijejak rekam oleh orang lain, dalam bentuk karya maha tinggi, yaitu artikel atau buku yang bermanfaat bagi banyak orang; dan yang terpenting adalah sebagai amal jariah, INVESTASI jangka panjang menuju ILMU YANG BERMANFAAT.
SELENGKAPNYA...

Jangan Sampai Alasan Menjadi Atasan

Dalam sebuah acara bedah buku "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata, seorang pengunjung bertanya. Apakah untuk sukses itu harus merasakan miskin terlebih dahulu? Mungkin bagi Anda yang sudah pernah membaca novel best-seller tersebut, akan merasakan betapa hidup serba kekurangan dan keterbatasan yang dihadapi oleh sang penulis bersama anak-anak Laskar Pelangi yang lain. Namun, nyatanya, Andrea Hirata berhasil bertahan dalam kondisi tidak menyenangkan tersebut, lalu sukses sebagai penulis fiksi terkenal hingga saat ini. Selain itu, dia berhasil ke Perancis dan berkeliling Eropa sampai ke Afrika sesuai dengan impiannya. Dia berhasil mewujudkan impian besarnya!

Lalu, apa jawab Andrea Hirata dengan pertanyaan itu? Dia menjawab dengan cukup bijak, "Kalau saya terlahir menjadi orang kaya, maka saya akan lebih bisa meraih impian yang lebih tinggi lagi." Dalam arti yang lain, kalau orang itu berada dalam kondisi yang mapan dan berada, maka dia akan memiliki fasilitas-fasilitas yang bisa membuatnya meraih keinginannya. Dalam kondisi miskin saja bisa, apalagi kalau kaya! Jadi segala keadaan bukan menjadi masalah. Muncul berbagai alasan yang menghambat, tetap menjalankan tekad. Sungguh luar biasa!

Nah, seringkali kita mendasarkan hidup pada alasan-alasan yang kita buat sendiri. Mau menjadi penulis misalnya. Harus menunggu dahulu ide. Harus menanti dahulu komputer. Sudah punya komputer, masih tidak nyaman. Inginnya memiliki laptop. Akhirnya, malah dia tidak jadi menulis. Dia tidak melahirkan karya satu tulisan pun. Mengapa begitu? Karena alasan yang lebih didahulukan. Bahkan alasan-alasan itu dijadikan "atasan". Artinya, kalau dijadikan atasan, maka alasan akan lebih diutamakan. Akan ditaati. Akan dipatuhi. Persis kalau kita memiliki atasan berwujud orang.

Kita memang dilengkapi dengan akal pikiran yang sangat luar biasa, pemberian Tuhan Yang Mahakuasa. Pikiran bisa kita gunakan sesuai keinginan. Mau berpikir positif atau negatif, itu terserah kepada kita. Nah, yang menjadi masalah adalah ketika kita selalu berpikir untuk mencari alasan dari setiap usaha yang akan kita lakukan. Mau mendaftar perguruan tinggi negeri, tidak jadi dilakukan. Alasannya, saingannya banyak. Kemampuan kita terbatas. Bahkan ada ketakutan nanti kalau sudah kuliah, biayanya akan mahal. Padahal masalah biaya adalah masalah kecil selama kita pintar. Bukankah ditawarkan banyak beasiswa?

Lalu dalam hal mencari pekerjaan. Kita sudah mendasarkan diri pada alasan banyaknya orang yang mendaftar. Kita takut akan tersingkir nantinya. Akhirnya, belum memasukkan formulir saja, kita sudah mundur. Apakah kita tidak percaya mengenai kekuatan peluang? Padahal di dunia ini selalu ada peluang, baik berhasil maupun gagal. Kalau kita sudah mundur, bukankah kita telah gagal sebelum gagal? Kalah sebelum bertanding? Lalu di mana harga diri kita sebagai makhluk yang paling sempurna di dunia ini?

Alasan memang bisa kita cari dan kita pikirkan. Jika orangnya negatif, maka tentu saja, alasan-alasan yang ada di pikirannya juga negatif. Akan tetapi, beda halnya dengan orang yang positif dan orang yang luar biasa. Alasan yang dikemukakan adalah alasan yang dahsyat, membangun dan berorientasi sukses. Misalnya, jika dia harus sukses di dunia ini dengan alasan: umur manusia itu pendek, semakin sukses di usia muda semakin baik, ingin membuktikan diri bahwa dia bisa benar-benar berhasil, ingin mengangkat derajat diri dan keluarga dan karena memang sudah diberikan bekal untuk sukses dari Tuhan Yang Maha Berkehendak. Jadi, dia tetap berjalan juga dengan alasan. Hanya, alasan-alasannya tidak sebagaimana orang negatif.

Bahkan, kalau orang yang lebih luar biasa lagi, dia tidak perlu mencari alasan, baik positif maupun negatif. Pokoknya, yang ada dalam pikirannya adalah dia harus sukses, dia harus sukses, dia harus sukses! Sebab, dia memang terlahir ke dunia ini untuk menjadi orang yang sukses luar biasa! Salam sukses luar biasa!
SELENGKAPNYA...

Mengajar Dengan Cinta

Adakah cinta guru kepada siswanya melebihi cintanya kepada anak kandungnya? Pertanyaan tersebut hanya untuk menggambarkan bahwa guru perlu menumbuhkan dan memelihara cinta tulusnya kepada siswa di kelas. Seberapa besar jumlah siswa di kelas, sebesar itu pula cinta tulus dibalutkan dalam alam pikiran siswa. Malam hari menjelang tidur, sang guru berdoa untuk diri, keluarga, dan siswa-siswa yang tadi pagi dijumpai di kelas. Pagi hari, semangat berangkat kerja adalah semangat para siswa yang tersenyum lembut pertanda masih membutuhkan cinta guru.

Saat masuk kelas, senyum tulus guru menebar ke semua diri siswa. Tidak satupun anak yang terlewatkan dari sorot tulus dan jangkauan kasih sayang dari guru. Guru langsung membenamkan diri dalam suasana anak secara alami. Cara seperti itu menurut Quantum Learning, disebut bawalah dunia kita ke dunia mereka dan tariklah dunia mereka ke dunia kita.

Guru mengenali tipikal dan ciri khas siswa satu per satu sebagai bahan untuk mengemas materi.Kemudian, materi disajikan dengan kemasan yang menarik sesuai dengan kemampuan dan pemahaman siswa. Suatu saat materi dikemas dalam cerita dongeng yang menarik karena siswa pada tahun itu, setelah diidentifikasi di awal tahun, didominasi dengan kecerdasan linguistik. Padahal, materi pelajaran yang disajikan berupa matematika. Tahun berikutnya, materi yang sama, oleh guru dikemas dalam gerakan simbolis karena siswa pada tahun itu berciri kecerdasan kinestetis. Begitulah seterusnya, guru mengganti-ganti kemasan materi dan metodenya. Tiap tahun ada upaya sang guru untuk berpikir dan berinovasi meskipun tidak diperintahkan oleh atasannya.

Cinta guru adalah cinta yang seutuhnya yang keluar dari pori-pori keikhlasan dan ketulusan. Semua daya dan upaya hanya semata untuk menumbuhkembangkan siswanya. Tidak ada kerinduan yang paling hebat bagi diri kecuali rindu pada siswanya. Mata batin guru adalah mata batin siswa yang menapaki alam untuk meneruskan perjuangan kehidupan berikutnya.

Andai terdapat guru yang mempunyai ketulusan dan keikhlasan tinggi, dialah guru yang hidup pada zaman ini berdasarkan hidup diri Mahatma Ghandi. Andai ada guru yang mempunyai motivasi tinggi dan semangat bergairah, dialah wujud Sukarno yang menjelma dalam guru itu. Andai ada guru yang sabar dengan kasih sayang, dialah kesabaran yang membuncah dalam diri guru berjiwa Bunda Theresa.

Padang yang harus dilewati untuk menjadi guru penuh cinta adalah padang yang terjal dan tandus. Di ceruk padang itu, terdapat bebatuan yang sering mengganjal perjalanan guru untuk mencpai telaga kesegaran dirinya. Kemudian, dalam padang itu, terdapat duri yang meski kecil menyakitkan. Belum lagi suasana saat melewati padang itu sangat panas karena belum ada perlindungan yang pantas untuk guru agar tidak kepanasan dan gundah berkeringat.

Namun, seganas apapun padang yang harus dilewati, jika guru itu bertekad kuat sekuat matahari menyinari bumi, tidak ada jalan yang tidak dapat ditempuh. Modal dasarnya adalah niat dalam diri, cinta sejatinya, dan ketulusan. Siswa ada dalam diri guru dan guru menyatu dalam kerling siswa yang menawan.
SELENGKAPNYA...
 

Fadel Partner Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template